Pengiriman Proyek Terintegrasi: Mengapa Beberapa Proyek Lean Berkembang, Lainnya Gagal

5

Integrated Project Delivery (IPD) mendapatkan daya tarik dalam bidang konstruksi, menjanjikan efisiensi kolaboratif. Namun meskipun beberapa proyek IPD memberikan hasil yang luar biasa, ada pula yang gagal. Kuncinya bukan hanya pada prosesnya – melainkan orang-orang yang terlibat.

Apa itu Pengiriman Proyek Terintegrasi?

IPD bukan hanya tentang kolaborasi; ini adalah perubahan mendasar dalam struktur proyek. Secara tradisional, konstruksi melibatkan kontrak yang terfragmentasi dimana masing-masing pihak (pemilik, arsitek, kontraktor) beroperasi secara terpisah, seringkali dengan insentif yang saling bertentangan. IPD mengubah ini.

Ide intinya adalah setiap orang yang terlibat – mulai dari pemilik hingga subkontraktor – menandatangani perjanjian tunggal yang terintegrasi. Perjanjian ini mengikat mereka untuk berbagi risiko dan imbalan. Daripada menjalin hubungan yang bermusuhan, IPD mendorong kerja sama, transparansi, dan pemecahan masalah bersama.

Agar hal ini dapat berjalan, sebagian besar proyek IPD menggunakan prinsip Lean, khususnya Sistem Perencana Terakhir. Ini berarti memecah pekerjaan menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan dapat dikelola, melibatkan tim secara aktif dalam perencanaan, dan terus meningkatkan proses untuk menghilangkan pemborosan.

Faktor Manusia: Mengapa Proyek IPD Berhasil atau Gagal

Indikator terbesar keberhasilan IPD bukanlah kontrak, perangkat lunak, atau metodologi Lean. Ini adalah profil emosional dan perilaku tim. Proyek konstruksi besar (500+ orang) sering kali melibatkan individu dengan berbagai tingkat kematangan emosi, keterampilan kolaborasi, dan kemauan untuk menerima risiko bersama.

  • Kedewasaan Emosional: Individu yang dapat mengelola konflik secara konstruktif, berkomunikasi secara terbuka, dan merasa memiliki kontribusi mereka sangatlah penting.
  • Keterampilan Kolaborasi: IPD menuntut pendengaran aktif, empati, dan kemauan untuk berkompromi.
  • Toleransi Risiko Bersama: Perjanjian terintegrasi berarti setiap orang berbagi keberhasilan dan kegagalan. Mereka yang tidak mau menerima risiko ini akan merusak proses tersebut.

Mengapa IPD Gagal: Kesalahan Umum

Beberapa faktor dapat menggagalkan proyek IPD:

  • Kurangnya Dukungan: Jika pemangku kepentingan utama (pemilik, subkontraktor) tidak benar-benar berkomitmen pada model kolaboratif, prosesnya akan cepat gagal.
  • Komunikasi Buruk: Transparansi sangat penting. Jika informasi dirahasiakan atau diputarbalikkan, kepercayaan akan terkikis.
  • Dinamika Ego & Kekuatan: Individu yang tidak mau melepaskan kendali atau berbagi kredit akan menyabotase tim.
  • Pelatihan yang Tidak Memadai: IPD membutuhkan perubahan pola pikir. Tanpa pelatihan yang tepat, peserta dapat kembali ke perilaku tradisional yang bermusuhan.

Intinya

IPD mempunyai potensi yang sangat besar, namun ini bukanlah solusi ajaib. Keberhasilan proyek-proyek ini bergantung pada orang-orang yang terlibat. Membangun budaya kepercayaan, transparansi, dan tanggung jawab bersama adalah hal yang lebih penting dibandingkan kontrak atau metodologi apa pun. Tanpa elemen manusia yang tepat, proyek IPD yang dirancang paling baik pun kemungkinan besar akan gagal.

IPD bukan sekadar metode penyampaian proyek; ini adalah eksperimen perilaku. Dan seperti eksperimen lainnya, hasilnya bergantung pada pesertanya